|
inilah teras kita.... tempat sejenak parkir dari jalan yang terlalu ramai dan sesak.... ya.... sandarkan saja sepedamu di pintu... masuk dan duduk .... .. semoga masih ada sapa hangat disini ..
|
teras kita |
sudah jam 2:38. sepi sekali malam ini... em pagi tepatnya. Teras kita sudah kosong. Kalian sudah pulang semua. Tidak apa-apa. Biar aku temanin taman ini. REM : Losing my religion masuk ke kedua telinga, melengkapinya. Asbak,abu, puntung rokok, meja , jendela.... diam. Sesuatu yang selama ini tertidur mulai gelisah. Kaki ini gatal sekali. Perjalanan .... petualangan ... daerah baru ... kawan baru... yang selalu berubah, selalu bertemu sekaligus selalu berpisah. Mungkin sisa-sisa manusia purbaku, nomaden, terbangun. Teringat lagi indahnya sebuah perjalanan... tanpa harus berdiam .. tanpa harus eksis berlabel Mungkin seperti angin yang hanya dikenal sebagai angin... bukan angin jawa, batak , dayak, desa, kota, laki, perempuan, kentut.... Ada apa ini ? every body hurt ... aku kira aku muak dengan segala kepedihan yang aku lihat dan rasakan. muak dengan segala keserakahan dan kejahatan.. muak dengan segala topeng muak dengan diriku sendiri. 2 hari yang lalu aku ngomong-ngomong dengan perempuan penjaga salon di sebelah warnet. Dia lahir di Malang. Hidupnya termasuk berat. Keluarga yang tidak menerimanya lagi, pria-pria yang hanya ingin mencari tempat menaruh mani nya di vaginanya, kesulitan keuangan, pendidikan yang kurang, harga diri yang rusak .(dia menawarkan harga murah untuk mijitin. "Untuk abang aku kasih harga spesial"). STOP IT, WILL U !!! Tadi malam aku mengantar teman aku yang terkena gangguan jiwa gara-gara malaria tropika. Dia bilang mau kerja di Jepang. Dan mulailah dia membilang satu dua tiga sampai sepuluh dalam bahasa Jepang (mungkin). Lumayan jauh rumahnya. Tau sendiri kan udara dingin sekali di musim kemarau ini. Dia pegang pundak aku dari jok belakang. Dia manusia juga, sama seperti aku. DIA MANUSIA JUGA !! Lalu pengemis ... orang mabuk ... pembalap jalanan ... jalan kosong, lampu kuning, kabut lambat, bulan bisu, bintang genit ... Kupandangi taman kita ini, taman rahasia kita, taman rahasia ku yang ke 3. Bekas roda sepeda kalian aku lihat satu-satu. Tidak... aku tidak bisa untuk berkelana terus. cukup sudah. Mencukupkan diri dengan yang ada padaku. Mengharap surga , rumah jiwaku. Mengharap Pencitaku akan membawaku dimana cinta adalah bahasa sehari-hari, tidak ada tangis, sakit, derita, benci, iri, topeng. Kuberdiri, menghirup udara dalam-dalam , membuka lalu menutup kembali pintu taman. Aku dan sepeda berjalan bersisian, pulang ..... "esok ... bukankah engkau selalu baru, kutagih janjimu" ting singgah pada 6/18/2003 04:03:00 AM || teraskata
memang benar. entah sejak kapan jalan ini menjadi sesak dipenuhi belukar yang semakin padat berebutan tempat di jantungku. manusia-manusia dengan sapu tangan di saku berlalu-lalang dengan senyuman dan tepukan sekedar di bahu. setelahnya kita menghitung nama-nama dengan jari sementara kening kita berkerut-kerut. ingatan itu memang serupa anak kecil yang jongkok di depan etalase menenggelamkan binar matanya pada gambar yang bergerak-gerak di kotak televisi. adalah.. sahabat-sahabat senja menuntun sepeda biru ke pintu kayu di samping teras berwarna matahari dan kupu-kupu. di sampingnya kita tanam bunga-bunga yang tidak lupa. kita suburkan dengan katakata agar tetap mekar sempurna. lalu mari duduk. bersulang dengan cangkir kopi dan cerita-cerita pun akan mengalir seperti embun pasti ke hati yang rindu.. Meli singgah pada 6/17/2003 06:01:00 PM || teraskata
seperti ombak mengurung karang demikianlah jiwa-jiwa liar sepakat membuat sarang di sisi bumi semu pijar huruf-huruf berpagut gelut meneriakkan kesuyian membisukan keramaian jelajah bayang hidup dan maut jadilah kita menghambur kata sederhana .... tak apa-apa ... ini cuma bahasa rasa. inilah teras kita.... tempat sejenak parkir dari jalan yang terlalu ramai dan sesak.... ya.... sandarkan saja sepedamu di pintu... masuk dan duduk .... ting singgah pada 6/15/2003 10:52:00 AM || teraskata
|