blog*spot
get rid of this ad
teraskita


inilah teras kita.... tempat sejenak parkir
dari jalan yang terlalu ramai dan sesak....
ya.... sandarkan saja sepedamu di pintu...
masuk dan duduk ....

.. semoga masih ada sapa hangat disini ..


Lovingrose Puspa Senja

becakTurbo Alfianus Rinting

Edi Sentana Meli Indie

Nie



Home
Hanyakata
Arsip



login

teras kita



Friday, August 27, 2004

hidup delon!!

aku dari pertama2 sudah naksir dengan suara delon dan nania. pas awal2 babak spektakuler. aku teringat jadi merinding mendengar "keliru" yang dinyanyikan oleh nania. sempat pula sampai menangis (sedikit saja, ga sampai banjir!!) sewaktu mendengar "bunga terakhir" nya delon. menurutku, suara mereka menggetarkan. nah loh?

aku justru berterima kasih kepada para juri, terutama mas indra lesmana. kalau bukan karena kritikan mereka yang pedas, kupikir delon tidak akan begitu berusaha meningkatkan mutunya. barangkali saja dia sudah tereliminasi di 5 besar. tapi emang sih ga bisa dpungkiri, kalo delon ga nge'beat'.. duh

kupikir masyarakat kita sudah cukup kritis. sudah bisa memilih mana yang bagus, ga melulu milih hanya berdasarkan tampang. buktinya, di afi, tia bisa menang dengan tampang yang biasa-biasa saja, kan? walaupun, bisa jadi, delon dapat banyak simpati karena dipojokkan terus oleh juri yang sangar-sangar. hehehe.. ternyata 'kemalangan' bisa jadi nilai jual lebih yah? hehhehe.. ups, kalo gitu, masyarakat kita belum cukup kritis dong? gimana sih??

aku juga ga sreg dengan joy. entah kenapa. padahal dia nya lincah, ceria, dan sering tersenyum. barangkali karena lagu yah? maksudku, lagu yang dinyanyikan joy tidak sampai menggetarkan gitu loh. itu buat aku. yang lain boleh saja punya pandangan yang berbeda. kriteria idola itu menurut pribadi masing2 dong..

aku milih ga yah? errr, lihat saja besok.

yang pasti, tanggal 20 september nanti aku akan milih. hidup perempuan!!

:)



Friday, October 24, 2003

beberapa sudah berjamur ditelan umur
bercak-bercak ketuaan terlihat muram
bangku-bangku kosong lelap tertidur
menunggu orang, lama tak bergumam

miss u all ...



Wednesday, October 08, 2003

Yang Terlupakan
-- Iwan Fals

denting piano kala jemari menari
nada merambat pelan di kesunyian malam
saat datang rintik hujan
bersama sebuah bayang
yang pernah terlupakan

hati kecil berbisik untuk kembali padanya
seribu kata menggoda
seribu sesal di depan mata
seperti menjelma, waktu aku tertawa
kala membermu dosa

oh, maapkanlah...

rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
haruskah aku lari dari kenyataan ini
pernah ku mencoba 'tuk sembunyi
namun senyummu s'lalu mengikuti..


:medan - berastagi, oktober 1993




Wednesday, September 17, 2003

waktu, berjamur, deja vu

tak ada dentang! tak ada dentang!
seharusnya inilah waktu bandul bertalu-talu
senja jatuh menjadi tempias merah jambu
di dinding berjamur tempat kita
pernah
menggantungkan deja vu
sebagai bayang-bayang yang ketinggalan sejarah
sementara mimpi semakin tinggi

lalu kumanterakan pada
ingatan, metamorfosa, seribu derak jam, mata
tak ada dentang! tak ada dentang!



Saturday, September 13, 2003

mata menghisap jari-jari dan mulut
mengaku membisu kalut
diam-diam melumut
takut ....



Friday, July 11, 2003

episode-episode: sebelum subuh

1.
sepenuh hati kutangkup wajah lelaki yang bermetamorfosa
menjadi rentan tapi ini memang kekalahan, mutlak
dalam sehari. tak ada lagi bir menetes di sela jari
sembunyi, sembunyilah di dada
menjelang fajar ini adalah ritual getir menutup luka

tapi tasbih ibumu terburai ke delapan penjuru mata angin
sedang kau menggadaikan kisah kepulangan kepada
siluet kuning, gelas-gelas berbusa pun berdenting

:di puncak perayaan, lelaki itu menyemburkan airmata


2.
pergilah
akan kujaga pojok kita dengan ludah
sebelum gersang oleh gerayangan tangan
perlu berapa takaran agar ruh berjalan di awan?
pergilah
akan kubakar kubus es kita menjadi peluh
setelah ektase seperti gelengan kepayahan
berapa harus kubayar demi sepi sesunyi kuburan?


3.
maka kularungkan airmata ke samudera
sepelukan sepi pada dentang ke sebelas
tikaman luka lalu gambari dengan pecahan gelas
hingga sempurna germerlap peta ke dadaku
yang telanjang purba. maka..

kekasih, tunggu aku di padang saat bulan genap purnama


bahkan tak satu pun huruf yang bisa menerjemahkan kekosongan ini
maka,
kuwarnai tiap ujung jemariku dengan warna pelangi yang berceceran di tepi hari
lalu kusapukan satu-satu ke kanvas bertema sepi
mesti sendiri dan mengerti

bisakah kau bawa mawar putih untuk ziarah sesekali?
hanya pada saat matahari pergi..


aku tidak mengijinkanmu mati
karena padamulah kukubur hati



Monday, June 30, 2003

metamorfosa jingga

sebelum matahari ke berapa usai sore ini
kubawa kepadamu desau angin lembah seperti
ruh perindu bergelombang di awan menari
lalu kicau burung
lalu ungu
dan waktu menghitung ulang metamorfosa

seorang perempuan pemungut kelopak bunga luruh
dan seorang peri penjalin lingkaran ilalang kering

sesudahnya adalah kelahiran kembara yang purba
kulipat seribu puisi sebagai sajadah dengan bunga
sepanjang cerita. seekor kupukupu mengabarkan cuaca
yang rontok menjadi sunyi dan tanda baca mati
lalu halimun
lalu nyanyian hamelin
dan alam berpesta-pora dengan gamang

tapi belum juga berhenti kuberi tanda di setiap pohon pinus
kita